Jumat, 07 November 2008

Perang Udara dari Korea sampai Perang Teluk

Memasuki tahun 1950, peluru-peluru kendali permukaan-ke-udara (surface-to-air), permukaan-ke-permukaan (surface-to-surface) dan udara-ke-permukaan (air-to-surface), termasuk peluru kendali yang diluncurkan dari bawah laut, telah menjadi bagian yang penting dalam penyusunan kekuatan perang negara-negara maju. Permukaan disini dimaksudkan adalah air atau daratan, dan selanjutnya peluru kendali lebih dikenal dengan istilah rudal.

Penggunaan pesawat terbang untuk ke- perluan operasi taktis, masih dikembangkan namun penggunaannya menjadi berkurang seiring dengan menurunnya konflik yang menyebabkan terjadinya perang setelah tahun 1950-an.

Pada saat Amerika Serikat (AS) terlibat perang Korea, angkatan udaranya masih menggunakan pesawat-pesawat propeller peninggalan perang dunia kedua, yang kemudian mengembangkan penggunaan pesawat-pesawat terbang bermesin jet seperti F-80 dan F-86 untuk dapat mengimbangi pesawat MiG-15 buatan Rusia yang kemudian terkenal sebagai ajang perang udara pertama di dunia bagi pesawat-pesawat bermesin jet.

Ajang perang ini dapat berkembang optimal, karena dengan pertimbangan politis, maka angkatan udara dan satuan udara Angkatan Laut AS, dibatasi hanya dapat melaksanakan operasi-operasi penyekatan, yang tujuannya untuk membatasi ruang gerak pasukan musuh, memutuskan jalur logistiknya dengan melaksanakan penembakan udara-ke-darat dan atau pengeboman.

MiG Alley

Dengan demikian tidaklah dapat dikaji lebih mendalam kekuatan sebenarnya dari keunggulan pesawat-pesawat terbang AS terhadap pesawat-pesawat tempur Rusia, namun banyak para pengamat militer melihat dalam ajang perang Korea ini sebenarnya pesawat-pesawat tempur Uni Soviet (sekarangRusia) sudah terlihat setingkat lebih unggul dalam kemampuan manuver pada panggung perang udara.

Rusia pada perang Korea, menggunakan Yak-9 dan MiG-15 Fagot yang oleh AS sendiri pada saat itu dijuluki sebagai "the best fighter in the world" melihat kemampuannya yang luar biasa pada saat melakukan air-to-air combat. Demikian tinggi kemampuannya, sampai ada satu area di udara barat Korea dinamakan "MiG Alley" karena daerah tersebut dikawal ketat oleh MiG-15 tidak bisa ditembus oleh pesawat-pesawat AS.

Sementara itu AS sendiri pada perang Korea menggunakan F-82 Twin Mustang, P-51, F-80, F-84 Thunderjet, F-86 Sabre dan B-29. Diakhir perang, AS mengklaim telah menjatuhkan 918 pesawat musuh dan kehilangan 147 pesawatnya. Tentunya Rusia memiliki angka-angka yang jauh berbeda dan berlawanan dengan pernyataan resmi Amerika yang dipublikasikan kepada umum.

Vietnam

Pada ajang perang Vietnam, persenjataan telah makin berkembang termasuk penggunaan pesawat-pesawat tempur jet yang bahkan telah memasuki era jet supersonik. AS menggunakan F-105 dan F-4 Phantom untuk menghadapi pesawat Rusia yang terdiri dari MiG-17 dan MiG-21.

Pada perang Vietnam inilah untuk pertama kali digunakan secara besar-besaran surface-to-air missile (SAM) sebagai salah satu komponen penting dalam sistim pertahanan udara. Teknologi elektronik juga menjadi sangat berpengaruh dalam perang ini dengan mulai banyak digunakannya bom laser-guided maupun yang optically-guided. Demikian pula penggunaan sistem deteksi rudal serta radar-jamming countermeasures. Juga roket baik yang air-to-air maupun yang air-to-ground.

Penggunaan kapal induk sebagai pangkalan pesawat-pesawat tempur menjadi begitu berperan dibanding dengan apa yang dilakukan pada Perang Dunia Kedua. Disamping itu dalam Perang Vietnam inilah dikembangkan sistem pengisian bahan bakar pesawat di udara oleh pesawat terbang tanker sebagai upaya AS dalam meningkatkan radius of action serta kemampuan manuver pesawat-pesawat tempurnya dalam melawan pesawat-pesawat produk Rusia.

Dalam ajang Perang Vietnam terlihat AS agak kewalahan dalam menghadapi keampuhan pesawat-pesawat tempur buatan Rusia. Untuk air-to-air combat Vietnam menggunakan MIG-17 dan MiG-19, sementara AS mengandalkan F-4 Phantom-nya. Pesawat AS lainnya yang banyak terlibat dalam perang Vietnam antara lain F-100, OV-10 Bronco, C-123, C-130 dan C-7 Trash Haulers, selain itu digunakan pula F-105, F-111 dan B-52 sebagai pembom.

Pada Perang Vietnam ini pulalah pesawat helikopter meningkat menjadi senjata tempur yang signifikan dengan pengembangan perannya dalam misi-misi observasi, combat tactical transport dan combat medical evacuation.

Tercatat pula dalam perang Vietnam ini, pengembangan pesawat C-47 Dakota yang dipersenjatai senapan mesin kaliber 12,7 mm di ekornya, sangat banyak membantu gerakan pasukan darat di bawah, pesawat ini dikenal kemudian dengan C-47 gun-ship.

Pada perang ini Rusia menggelar 2.300 surface-to-air missiles, ribuan penangkis serangan udara berbagai kaliber serta tidak kurang dari 180 pesawat MiG.

Perang Teluk

Pada bulan Januari 1991, peranan kekuatan udara dalam perang modern secara spektakuler didemonstrasikan dalam perang di Teluk Persia yang kemudian populer dengan nama Perang Teluk. Penyerangan yang langsung dilaksanakan jauh ke garis belakang Irak dengan misi menghancurkan sasaran-sasaran penting seperti pusat komando dan pengendalian (Kodal) Saddam Hussein termasuk di dalamnya Kodal sistem pertahanan udara nasional Irak, fasilitas komunikasi, depo-depo perbekalan logistik serta kedudukan markas pasukan elit Irak. Dengan demikian, keunggulan di udara segera beralih kepada kekuatan pasukan Koalisi yang segera memudahkan gerakan pasukan darat untuk tanpa kerja keras dapat mengambil alih kekuatan di Irak serta membebaskan kembali Kuwait.

Penyerangan awal menggunakan rudal Tomahawk yang diluncurkan dari kapal perang AL di Teluk Persia, seiring dengan itu pesawat-pesawat F-117A pembom yang tidak dapat terdeteksi radar melaksanakan misinya menghancurkan sasaran dengan menggunakan smart bomb yang laser-guided. Bersamaan dengan itu dalam misi yang sama beroperasi F-4G Wild Weasel yang dilengkapi dengan HARM anti-radar missiles.

Demikianlah pada menit-menit pertama sudah dapat dilumpuhkan efektivitas instalasi sistem pertahanan udara modern Irak dan dengan demikian memudahkan bergeraknya pesawat-pesawat tempur lain Koalisi seperti F-14, F-15 dan F-16 serta pembom F/A-18 yang segera menciptakan air superiority. A-10 Thunderbolt yang dilengkapi Gatling-gun dengan heat seeking atau rudal dengan optically guided Maverick melaksanakan operasi bantuan tembakan udara bagi unit pasukan tempur darat dengan menghancurkan kendaraan-kendaraan tempur Irak.

Helikopter-helikopter AH-64 Apache dan AH-1 Cobra menembakkan rudal Hellfire dengan laser-guided untuk menghancurkan tank-tank di darat dengan tuntunan dari pengamat di darat maupun dari helikopter pandu di udara. Seluruh pengendalian operasi serangan awal ini dibantu data yang diperoleh dari pengamatan E-3A AWACS yang mempunyai fasilitas canggih dengan memanfaatkan data dari hubungan yang melekat dengan satelit Pentagon. Tidak kurang pula peran dari pembom tua B-52 yang telah diperpanjang usianya.

Pesawat-pesawat lainnya yang terlibat dalam Perang Teluk ini antara lain lebih kurang 500 MiG-29 dan Mirage F-1s buatan Perancis. Selama lebih kurang lima minggu Perang Teluk telah dilaksanakan 88.000 misi tempur dan lebih dari 90.000 ton bom yang telah dijatuhkan.

Pada operasi Badai Gurun ini, AU AS telah mengerahkan pesawat tankernya dengan penerbangan sebanyak 15.000 sorties dengan mengisi tidak kurang dari 46.000 pesawat. Sementara itu pesawat-pesawat angkut mereka yang terdiri dari C-130, C-141 dan C-5 Galaxy telah mengangkut sebanyak 482.000 personil serta lebih dari 515.000 ton kargo angka yang fantastis ini merupakan empat kali lebih banyak dari apa yang dilakukan pada Berlin Airlift sepanjang tahun antara 1948-1949 selama 15 bulan.

Secara keseluruhan perang Teluk telah melibatkan lebih dari 2.600 pesawat terbang yang 1.900 diantaranya adalah pesawat dari Amerika Serikat (Chappy Hakim, dari berbagai sumber)




Copyright © 1998 Majalah Angkasa. All rights reserved
Designed by Kompas Cyber Media

0 Comments: