Kamis, 06 November 2008

Kekerasan di sekolah-sekolah militer...^^












Lagi!!! Kekerasan Di lingkungan Pendidikan, itu yang ditulis oleh layudhi. Sayang tidak ada pendapat dia di posting tersebut karena dia tidak tahu mau berkomentar apa lagi.

Saya sengaja memberi judul komentar ini dengan Kekerasan di sekolah-sekolah SOK MILITER!!! karena memang sekolah-sekolah SOK MILITER-lah yang menghasilkan anak didik yang gemar melakukan kekerasan sampai membunuh. Mari kita coba ingat-ingat, sebelum kekerasan di STTD ini, kita sudah disuguhi kekerasan di STPDN. STPDN dan STTD keduanya kalau tidak salah merupakan sekolah kedinasan. Yang satu di lingkungan Departemen Dalam Negeri, yang satu dari Departemen Perhubungan. Ajaib toh…, sekolah kedinasan bukannya menciptakan calon pelayan rakyat, pengabdi negara yang adidaya melainkan menciptakan tukang jotos yang bisa membunuh sesama calon pengabdi negara. Tanya ken..napaaaa…

Pendidikan ala militer adalah penyebabnya

Dalam pengamatan saya yang ngawur ini, hal utama yang menjadi penyebab sekolah-sekolah kedinasan itu menghasilkan sebagian mahasiswa (di STTD disebut taruna, di STPDN disebut praja) tukang jotos dan bisa membunuh adalah karena mereka menerapkan sistem yang SOK MILITER. Dalam pendidikannya mereka:

  1. menerapkan sistem senior - junior

  2. menempatkan senior sebagai penguasa di lingkungan pendidikan

  3. menerapkan disiplin ala militer

  4. mahasiswa sok tahu cara-cara militer menghukum juniornya

Di Akademi Angkatan Bersenjata (Akmil, AAU, AAL) dan Akpol memang diterapkan sistem senior - junior. Senior memiliki fasilitas yang lebih daripada junior. Ada hukum tidak tertulis di akademi-akademi itu yang berbunyi: (1) Senior selalu benar (2) Junior selalu salah (3) Kalau ada senior salah, lihat peratiran nomer 1. Senior ditempatkan sebagai penguasa dan tidak boleh dilawan oleh junior. Kalau junior kelihatan membandel, sok melawan atau tindak-tanduknya tidak mrenani ing penggalihe senior, maka si junior itu akan menerima pembinaan dari senior-seniornya. Jangan harap kata pembinaan ini memberikan arti yang positif…

Wujud Pembinaan ala militer

Kata pembinaan mungkin diasosiasikan dengan sesuatu yang baik. Dibina bisa berarti dibentuk (dilatih, dinasehati) untuk menjadi lebih baik. Itu yang ada di kepala kita. Akan tetapi, di kepala para taruna junior, kata pembinaan bisa berakibat pada cideranya anggota badan, atau, paling berat bisa berakibat nyawa melayang.

Pembinaan yang dilakukan oleh para senior bisa dilakukan dengan cara:

  1. memanggil junior untuk datang menghadap

  2. menculiknya malam-malam dari baraknya

Saya yakin banyak yang akan membantah hal ini tetapi, itulah yang sebenarnya terjadi di lingkungan pendidikan itu. Senior akan memanggil junior untuk menghadap. Junior yang dipanggil menghadap bisa satu saja atau dalam rombongan tergantung si senior ingin berapa orang junior yang dipanggil. Nah, dalam acara pembinaan itu, ada beberapa hal yang bisa diterima oleh junior:

  1. dimaki-maki oleh senior

  2. kena pukulan tiga setengah kancing alias pukulan tepat pada ulu hati

  3. pukulan dan tendangan dari para senior

  4. melakukan sikap-sikap tobat

  5. memakan makanan baru sampai makanan basi, bisa juga memakan hal-hal yang tidak layak dimakan.

Kalau junior hanya dimaki-maki saja lalu disuruh memijit, itu adalah karunia yang tiada tara karena mereka tidak akan mendapat cidera fisik. Kalau lebih dari itu, si junior mungkin bisa saja hanya mengernyit kesakitan, memar-memar, sampai patah tulang. Biasanya tulang iga yang patah karena dipukul pakai tangan kosong atau pakai benda tumpul (kalau di akademi angkatan bersenjata biasanya popor) atau tendangan dengan kaki bersepatu.

Selain dipukul atau ditendang, bisanya junior juga diminta memperagakan sikap-sikap tobat. Sikap tobat ini bentuknya macam-macam. Yang paling ringan adalah angkat kaki sebelah. Lalu ada pula kayang, ada pula yang disuruh membuat bentuk dengan kedua tangan berpegangan dipunggung dan kepala ditempelkan di lantai lalu pantat diangkat tinggi-tinggi dan kaki lurus. Sikap terakhir ini kalau dilakukan dalam waktu lama cukup menyiksa juga.

Ada juga sikap tobat yang dilakukan dengan melentangkan kedua tangan di antara dua lemari yang didekatkan. Karena lemari itu cukup tinggi, otomatis badan akan menggantung dengan topangan dua lengan kanan dan kiri yang masing-masing diletakkan di lemari. Pasti pegel banget…

Makanan… ya, makanan. Senior entah sengaja atau tidak ada kalanya menyimpan kudapan mereka sampai basi. Mungkin memang otak para senior itu disesaki dengan pikiran untuk mengisengi juniornya sehingga mereka sengaja membasikan kudapan untuk dijejalkan ke mulut junior yang sedang dibina. Senior akan sangat bahagia melihat juniornya melalap semua makanan basi itu sampai muntah-muntah. Kalau belum muntah, akan lebih banyak lagi makanan basi yang dijejalkan ke mulut junior.

Oh ya, selain dipanggil baik-baik. Ada kalanya senior menculik junior dari baraknya pada waktu malam. Pada tahun 1993 Pra Akmil yang waktu itu sedang seleksi untuk masuk AKABRI dan bertetangga dengan Kotakta C (kotakta = komando taktis taruna) pernah akan menculik seorang teman Kang Kombor dari barak kami. Untung agenda penculikan itu bocor sehingga para Pra Akmil bodoh itu tidak menuai hasil ketika akan menculik teman Kang Kombor yang saat ini sudah menjadi perwira polisi. Pra Akmil adalah mereka-mereka yang mendaftar untuk menjadi Taruna AKABRI tetapi secara akademik belum memenuhi persyaratan sehingga perlu dibina di Akmil selama setahun untuk mengikuti seleksi lagi pad atahun berikutnya. Tahun 1993 itu selain Pra Akmil ada juga Pra AAU yang jumlahnya sedikit. Tidak seperti Pra Akmil yang sok jagoan (mungkin karena kalah saingan menggaet cewek-cewek Magelang), para Pra AAU itu lebih bersahabat.

Perbaikan Sistem Kuncinya

Pemecatan taruna-taruna pembunuh seperti yang dilakukan oleh pimpinan STPDN atau pun pimpinan STTD bukan merupakan obat paling mujarab untuk menghentikan tindakan-tindakan tidak edukatif itu. Sistem senior - junior yang diterapkan harus ditinjau ulang. Penerapan cara-cara mendidik seperti yang dilakukan di akademi-akademi angkatan bersenjata harus dihentikan. Sekolah-sekolah kedinasan itu dididirikan untuk menghasilkan para pejabat-pejabat sipil yang terampil di bidangnya, bukan untuk mencetak pejabat-pejabat yang mengerti taktik tempur atau pun membunuh lawan dengan singkat. Dalam Peratran Dinas Dalamnya, sebaiknya dituliskan dengan tegas jenis-jenis hukuman yang bisa diberikan oleh pengajar kepada taruna/praja dan senior kepada junior sesuai dengan bentuk-bentuk kesalahan yang ada.

Entah mulainya dari mana, para senior di sekolah-sekolah seperti itu (juga di akademi angkatan bersenjata) sangatlah gemar mencari-cari kesalahan junior. Sekolah harus mengikis habis pikiran sesat itu. Para taruna/praja disekolahkan untuk menjadi pelayan publik, bukan menjadi jago interogasi atau menjadi detektif.

Stop pendidikan ala militer! Sekolah-sekolah kedinasan bukan sekolah militer. Oleh karena itu, hentikanlah cara-cara sok militer yang selama ini diterapkan di sekolah-sekolah kedinasan. Tidak perlulah junior menghormat senior seperti di akademi angkatan bersenjata. Toh, kalau lulus sekolah pun mereka akan menemui lingkungan di mana mereka tidak perlu hormat pada atasan seperti tentara menghormat atasannya atau mereka yang berpangkat lebih tinggi.

Jangan pisahkan senior dan junior di asrama. Akan lebih baik apabila dalam satu barak bisa terdapat senior dan junior. Hal ini akan menjadikan suasana yang berbeda. Senior dan junior akan menjadi akrab dan saling bantu dalam kebaikan. Kalau dipisah, pembinaan ala militer oleh senior kepada junior akan selalu terjadi.

Pertunjukan ala pendidikan militer yang lain

Keluarga korban terbunuh akan diberitahu kalau anggota keluarganya meninggal karena sakit. Sudahlah… tidak usah dibantah. Selama ini memang seperti itu kok yang terjadi di lingkungan pendidikan militer atau sekolah sok militer itu. Kalau ada yang terbubuh karena disiksa senior atau tewas ketika latihan (misalnya mati kena granat yang gagal dilempar atau tenggelam waktu latihan renang) maka kepada keluarga korban akan diinformasikan bahwa anggota keluarganya meninggal karena sakit. Ingat… biasanya peti mati tidak boleh dibuka sehingga keluarga korban tidak tahu yang di dalam peti mati itu korban atau sebuah guling… Hmm, maksudnya gini, supaya keluarga korban tidak menemukan kelainan-kelainan pada mayat korban.

Apakah di SMA Taruna Nusantara ada hal-hal seperti itu?

Hmm… sayangnya, dalam skala-skala yang lebih rendah zaman saya dulu ada. Tidak tahu kalau sekarang. Memang pemukulan-pemukulan terhadap adik kelas bisa dikatakan mendekati nol. Pukulan tiga setengah kancing meniru Sersan Mayor Taruna memukul Prajurit Taruna dulu sempat terjadi. Yang paling jamak terjadi di lingkungan SMA Taruna Nusantara adalah meminta adik kelas memakan kudapan sampai teler. Bukan kudapan basi melainkan kudapan baru. Tapi, kalau kudapan satu barak dikumpulkan semua untuk dimakan dua sampai tiga orang tentunya akan klenger juga.

Saya merupakan siswa yang anti terhadap segala bentuk pembinaan kakak kelas kepada adik kelas. Apalagi, para kakak kelas itu memang sangat terlihat sekali belajar dari para taruna AKMIL mengenai cara-cara senior membina junior. Untuk yang mau masuk akademi angkatan bersenjata, mungkin hal itu dipandang sebagai latihan kalau-kalau mereka nanti dibina oleh senior atau membina junior. Well… saya katakan waktu itu, kita ini SMA dan tidak semua orang mau masuk AKABRI.

Mudah-mudahan, acara-acara biadab sekecil apa pun bentuknya sudah benar-benar hilang di lingkungan SMA Taruna Nusantara.


Pesan:

Mohon maaf kalau terlalu apa adanya. Saya yakin banyak yang tidak suka dengan tulisan apa adanya ini, terutama bagi mereka yang mempraktekkan apa-apa yang saya tulis di atas.

2 Comments:

tie_14 said...

(lagi iseng2 search ternyata mnemukan postingan ini)
hahaha...
cuma ekspresi ini yang mungkin paling pantas dilontarkan..(sy geli sendiri ngebacanya)

di taruna nusantara sudah semakin beradab dan mengikuti perkembangan zaman kok...bahkan mungkin ada yang bilang 'terlalu' mengikuti..^^

judul "sekolah sok militer"? hmm...lumayan tersinggung juga...tapi terserah saja, itu kan pendapat orang luar..
sebagai orang dalam tentunya punya pandangan yang berbeda bukan?

terima kasih sudah mau mengomentari sekolah kami :)

tie_14 said...

kalau mau ada apa2 silahkan langsung saja menghubungi via blog..
supaya di followup di sana..
(sudah saya link)
^_^